PENGERTIAN PENDIDIKAN.
a. Empirirsme
Golongan empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh
melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah
berikut. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?” Maka, seseorang
empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia
mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memeperoleh
pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan menggunakan
alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi
pengetahuan kita kelak.
John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu
manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong
(tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat
pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan
kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide
yang diperoleh melalui penginderaan serta refleksi yang pertama-tamadan
sederhana tersebut. Ia memendang akal sebagai sejenis tempat
penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat
dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang
pertama-tama. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali
secar demikian itu bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal.
Bukan karena rasionalisme mengingkari pengalaman, melainkan pengalaman
paling-paling dipandang sebgai jenis perangsang bagi pikiran. Para
penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di
dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
(pengetahuan) mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau
menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam
pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
Seorang penganut rasionalisme tidaklah memendang pengalaman sebagai hal
yang tidak mengandung nilai. Bahkan sebaliknya, ia mungkin mencari
pengalaman-pengalaman selanjutnya sebagai bahan pembantu atau sebagai
pendorong dalam penyelidikannya untuk memperoleh kebenaran. Dan mungkin
akan mengadakan pembedaan antara pengetahuan dengan pendapat.
Pengetahuan merupakan hasil kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan
yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan
kita.
c. Fenomenalisasi Ajaran Kant
Menurut Kantpengetahuan diperoleh tergantung pada macam pengetahuan itu
sendiri. Ia membedakan empat macam pengetahuan sebagai berikut:
1. pengetahuan analitis apriori
2. pengetahuan sintesis a priori
3. pengetahuan analitis a posteori
4. pengetahuan sintesis a posteori.
Pengetahuan aproiri merupakan pengetahuan yang tidak tergantung pada
adanya pengalman atau yang ada sebelum pengalaman. Pengetahuan a
posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan analitis
merupakan hasil analisa. Pengetahuan sintesis merupakan hasil keadaan
yang memeprsatukan dua hal yang biasanya terpisah. Maka pengetahuan yang
dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang apriori disebut
pengetahuan analitis a priori. Pengetahuan sintesis a priori dihasilkan
oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamnnya sendiri dan
penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misalnya, 3+2 = 5
merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Kant yankin bahwa sebagian
besar kebenaran-kebenaran matematika bersifat semacam itu. Pengetahuan
sintesis a posteriori diperoleh setelah ada pengalaman. Pengetahuan ini
merupakan bentuk pengetahuan empiris yang lazim.
d. Intutisionalisme
Dalam intutisionalisme mengenal dua ungkapan “pengetahuan
mengenai”(knowledge about) dan “pengetahuan tentang”(knowledge of).
Pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan
simbolis, dan pengetahuan ini ada perantaranya. Pengetahuan diskursif
ini diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan
kepada kita mengenai sesuatu dengan jalan berlakuk sebagai terjemahan
bagi sesuatu itu. Ini tergantung pada pemikiran dari suatu sudut
pandangan atau suatu kerangka acuan dan pelukisan kejadian yang
berhubungan dengan sudut pandangan serta kerangka acuan tersebut. Dengan
cara demikian kita memeperoleh pengetahuan mengenai suatu segi tetapi
tidak pernahmengenai kejadian itu seluruhnya.
Pengetahuan tentang yang disebut pengetahuan langsung atau intuitif
diperoleh secara langsung tanpa perantara. Hanya dengan mengguanakan
intuisi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang kejadian, suatu
pengetahuan langsung yang mutlak dan bukannya pengetahuan yang nisbi
atau yang ada perantaranya. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan
simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis dan memberikan kepada
kita keseluruhan yang bersahaja yang mutlak tanpa sesuatu ungkapan,
terjemahan atau penggambaran secara simbolis.
e. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan
pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Jadi,
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut
ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Seperti diketahui, berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan
pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi menegnai cara bekerja
pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta
oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang
memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan
yang diandalkan. Pola umum tata langkah dalam metode ilmiah mencakup
penentuan masalah, perumusan dengan sementara, pengumpulan data,
perumusan kesimpulan dan verivikasi.
sumber : http://balipaper.wordpress.com/2010/08/09/cara-cara-untuk-memperoleh-pengetahuan/
No comments:
Post a Comment