Sunday, February 16, 2014

Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.

Sejarah

Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.

Pembangunan

Sukarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.
 
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.

Rancang Bangun Monumen

Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.[6] Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato[7] sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.

Relief Sejarah Indonesia

Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit
 
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.

Museum Sejarah Nasional

Pelajar memperhatikan diorama sejarah Indonesia
 
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.

Ruang Kemerdekaan

Ruang kemerdekaan
 
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[1][8]. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.Semua itu sangat indah.

Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan

Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian
 
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram[1], akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.[9] Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tugu_Monas

MENARA PETRONAS

Menara Petronas, atau Menara Kembar Petronas (bahasa Malaysia: 'Menara Berkembar Petronas') di Kuala Lumpur, Malaysia adalah sepasang menara kembar yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia pada tahun 1998—2004, sebelum dilampaui oleh Taipei 101. Namun demikian, kedua menara ini masih merupakan pencakar langit kembar tertinggi di dunia pada abad ke-20. Menara Kembar Petronas memegang gelar sebagai bangunan tertinggi dari tahun 1998 hingga 2004 dari segi ukuran, dari lantai pintu masuk utama hingga lantai atas, yaitu rujukan ketinggian asli yang digunakan oleh organisasi internasional Dewan Bangunan Tinggi dan Habitat Urban sejak tahun 1969 (tiga kategori ketinggian tambahan diperkenalkan ketika menara ini hampir dipersiapkan pada tahun 1996).

Perbandingan dengan menara lain

Denah lantai pembangunan Menara 1 pada lantai 43 diadaptasi dari simbol geometri dasar Islam yaitu Rub al-hizb.[3]
Menara Kembar Petronas menjadi bangunan tertinggi di dunia—sebelum didirikannya Taipei 101 pada tahun 2004—yang diukur hingga ke atas komponen strukturnya (puncak, bukan antena).[4] Puncak (spire) dianggap sebagai bagian penting dalam arsitektur bangunan tersebut, dan jika diubah bisa jadi banyak mengganti penampilan dan arsitektur bangunan, sedangkan antena bisa dipasang atau dicabut tanpa mempengaruhi penampilan bangunan. Menara Kembar Petronas masih merupakan bangunan kembar tertinggi di dunia.[5]
Menara Willis (dahulunya Spears) dan World Trade Center terdiri dari 110 lantai, sehingga lebih banyak 22 lantai dibandingkan Menara Kembar Petronas yang berjumlah 88 lantai. Atap dan tingkat tertinggi Menara Willis dan World Trade Center agak melebihi ketinggian atap dan tingkat tertinggi Menara Kembar Petronas. Antena tertinggi di Menara Willis adalah 75 m (246 kaki) lebih tinggi dibanding puncak-puncak Menara Kembar Petronas. Walaupun demikian, menurut peraturan dan pedoman CTBUH,[2] antena-antena Menara Willis tidak diperhitungkan sebagai sebagian dari ciri-ciri arsitekturnya.[6] Sebaliknya, puncak-puncak pada Menara Petronas dihitung dalam ukuran ketinggian karena bukan merupakan tiang antena. Oleh karena itu, Menara Kembar Petronas melampaui ketinggian resmi Menara Willis dengan perbedaan 10 m (33 kaki), padahal Menara Willis memiliki jumlah lantai lebih banyak.

Pembangunan

Menara Petronas yang dirancang oleh arsitek César Pelli dari Argentina mulai dibangun pada tahun 1998. Setelah menghabiskan waktu tujuh tahun, menara ini menjadi bangunan tertinggi di dunia sewaktu diresmikan.[7] Menara ini dibangun di atas fondasi pacuan kuda Kuala Lumpur.[8] Kedalaman batuan dasar menjadikan bangunan ini dibangun dengan fondasi paling dalam di dunia.[9] Fondasi sedalam 120 meter itu memerlukan sejumlah beton yang berlebihan untuk dibangun dalam waktu 12 bulan (1 tahun) oleh Bachy Soletanche.[10]
Menara setinggi 88 lantai ini banyak dibuat dari beton bertulang dengan eksterior bangunan dari besi dan kaca yang dirancang untuk menyerupai motif kesenian Islam untuk mencerminkan agama Islam di Malaysia.[11] Satu lagi pengaruh seni Islam dalam bangunan ini adalah penampang lintang kedua menara yang berbentuk Rub al-hizb, ditambah dengan bagian bundar untuk memenuhi keperluan ruang kantor.[12] Menara 1 dibangun oleh konsorsium Jepang yang dipimpin oleh Hazama Corporation sementara Menara 2 dibangun oleh dua kontraktor Korea Selatan, yaitu Samsung C&T dan Kukdong Engineering & Construction. Jembatannya pun disiapkan oleh Kukdong.
Oleh karena kekurangan baja serta biaya pengimporan baja yang mahal, menara kembar ini didirikan di atas beton bertulang yang amat kokoh yang tersusun bentuk radikal yang murah sekali.[13] Beton yang sangat kokoh dikenal banyak kontraktor Asia dan dua kali lebih efektif mengurangi guncangan dibandingkan baja, oleh karena itu bangunan ini dua kali beratnya pada fondasi dibandingkan bangunan baja yang sejenisnya. Didukung oleh teras beton 23 × 23 meter[14] dan lingkaran luar dengan tiang penopang super berjarak lebar, menara-menara ini menggunakan sistem struktur canggih yang sesuai dengan profil bangunannya yang ramping serta menyediakan ruang kantor tanpa tiang seluas 560.000  (Templat:Convert/sqyd).[15] Di bawah menara kembar ini terdapat pusat perbelanjaan Suria KLCC dan Dewan Filharmonik Petronas.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Menara_Kembar_Petronas

PENGERTIAN PENDIDIKAN.

PENGERTIAN PENDIDIKAN.

a. Empirirsme Golongan empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah berikut. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?” Maka, seseorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memeperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.
John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh melalui penginderaan serta refleksi yang pertama-tamadan sederhana tersebut. Ia memendang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secar demikian itu bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebgai jenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran (pengetahuan) mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
Seorang penganut rasionalisme tidaklah memendang pengalaman sebagai hal yang tidak mengandung nilai. Bahkan sebaliknya, ia mungkin mencari pengalaman-pengalaman selanjutnya sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikannya untuk memperoleh kebenaran. Dan mungkin akan mengadakan pembedaan antara pengetahuan dengan pendapat. Pengetahuan merupakan hasil kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita.

c. Fenomenalisasi Ajaran Kant
Menurut Kantpengetahuan diperoleh tergantung pada macam pengetahuan itu sendiri. Ia membedakan empat macam pengetahuan sebagai berikut:
1. pengetahuan analitis apriori
2. pengetahuan sintesis a priori
3. pengetahuan analitis a posteori
4. pengetahuan sintesis a posteori.
Pengetahuan aproiri merupakan pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalman atau yang ada sebelum pengalaman. Pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan analitis merupakan hasil analisa. Pengetahuan sintesis merupakan hasil keadaan yang memeprsatukan dua hal yang biasanya terpisah. Maka pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang apriori disebut pengetahuan analitis a priori. Pengetahuan sintesis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamnnya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misalnya, 3+2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Kant yankin bahwa sebagian besar kebenaran-kebenaran matematika bersifat semacam itu. Pengetahuan sintesis a posteriori diperoleh setelah ada pengalaman. Pengetahuan ini merupakan bentuk pengetahuan empiris yang lazim.
 
d. Intutisionalisme
Dalam intutisionalisme mengenal dua ungkapan “pengetahuan mengenai”(knowledge about) dan “pengetahuan tentang”(knowledge of). Pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis, dan pengetahuan ini ada perantaranya. Pengetahuan diskursif ini diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan kepada kita mengenai sesuatu dengan jalan berlakuk sebagai terjemahan bagi sesuatu itu. Ini tergantung pada pemikiran dari suatu sudut pandangan atau suatu kerangka acuan dan pelukisan kejadian yang berhubungan dengan sudut pandangan serta kerangka acuan tersebut. Dengan cara demikian kita memeperoleh pengetahuan mengenai suatu segi tetapi tidak pernahmengenai kejadian itu seluruhnya.
Pengetahuan tentang yang disebut pengetahuan langsung atau intuitif diperoleh secara langsung tanpa perantara. Hanya dengan mengguanakan intuisi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang kejadian, suatu pengetahuan langsung yang mutlak dan bukannya pengetahuan yang nisbi atau yang ada perantaranya. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis dan memberikan kepada kita keseluruhan yang bersahaja yang mutlak tanpa sesuatu ungkapan, terjemahan atau penggambaran secara simbolis.
 
e. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Seperti diketahui, berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi menegnai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang diandalkan. Pola umum tata langkah dalam metode ilmiah mencakup penentuan masalah, perumusan dengan sementara, pengumpulan data, perumusan kesimpulan dan verivikasi.

sumber : http://balipaper.wordpress.com/2010/08/09/cara-cara-untuk-memperoleh-pengetahuan/